Masa Pra-Paskah

Bagikan di:

Masa Pra-Paskah dalam kalender gereja merupakan masa persiapan sebelum Paskah atau Kebangkitan Kristus. Menurut tradisi gereja Timur, masa Pra-Paskah dimulai dari Senin Hijau (Καθαρά Δευτέρα) atau Senin Abu/Senin Suci, yang jatuh pada 48 hari sebelum Paskah. Sementara, menurut gereja Barat, masa Pra-Paskah dimulai dari Rabu Abu, yang jatuh pada 40 hari sebelum Paskah.

Meski begitu, baik gereja Timur maupun gereja Barat, sama-sama menghitung Masa Pra-Paskah selama 40 hari. Itulah sebabnya, dalam bahasa Latin, Masa Pra-Paskah disebut Quadragesima, yang secara harfiah berarti “Masa 40 Hari”. Gereja Timur menghitung dari Senin Hijau sampai dengan Jumat sebelum Minggu Palem (Minggu Pra-Paskah ke-6) termasuk hari Minggu, sedangkan gereja Barat menghitung dari Rabu Abu sampai dengan Kamis Putih atau sehari sebelum Jumat Agung, tidak termasuk hari Minggu.

Perhitungan angka 40 hari berangkat dari tradisi-tradisi dalam Alkitab, misalnya Musa yang berpuasa selama 40 hari sebelum menerima Dasa Titah (Keluaran 34: 28), Nabi Elia yang berpuasa 40 hari 40 malam sebelum tiba di Gunung Horeb (1Raja-raja 19: 8-9), hingga Tuhan Yesus yang berpuasa 40 hari 40 malam sebelum memulai pelayanan-Nya (Matius 4: 2).

Beberapa gereja menggunakan istilah “Minggu-minggu Sengsara”, tetapi berdasarkan tradisi dan sejarah gereja, istilah “Minggu Sengsara” sebenarnya digunakan untuk Minggu Pra-Paskah ke-5 atau dua minggu sebelum Paskah dan Minggu Pra-Paskah ke-6. Penamaan “Minggu Sengsara” dimulai dalam tradisi Gereja Katolik Roma pada 1960 atas prakarsa dari Paus Yohanes XXIII.

Masa Pra-Paskah diisi dengan puasa dan doa. Pada awalnya, puasa dijalankan dengan ketat, bahkan di beberapa tempat tidak makan sama sekali selama satu hari penuh. Tetapi, pada perkembangannya, puasa dijalankan hanya dalam bentuk pantangan terhadap beberapa jenis makanan, khususnya makanan dari hewan, termasuk telur, susu, dan sejenisnya.

Minggu Pra-Paskah ke-4 menjadi titik tengah antara Rabu Abu dan Paskah. Minggu ini disebut Minggu Laetare (Bersukacita). Biasanya para pelayan gereja menggunakan jubah atau pakaian berwarna merah muda.

Minggu Pra-Paskah ke-5 dan ke-6 disebut “Minggu Sengsara” sebagai awal Masa Passiontide untuk mengenang penderitaan Kristus. Secara khusus, Minggu Pra-Paskah ke-6 disebut Minggu Palem atau Minggu Palma, menandai dimulainya Pekan Suci. Minggu Palem dirayakan untuk mengenang peristiwa Tuhan Yesus dielu-elukan di Yerusalem (Markus 11: 1-11; Matius 21: 1-11; Lukas 19: 28-44; Yohanes 12: 12-19).

Hari Kamis dalam Pekan Suci disebut “Kamis Putih” dan mulai diperingati pada pukul enam sore. Kamis Putih biasanya diisi dengan Perjamuan Kudus dan pembasuhan kaki. Besoknya disebut “Jumat Agung” untuk memperingati peristiwa penyaliban dan kematian Tuhan Yesus. Selanjutnya hari Sabtu disebut “Sabtu Suci”, “Sabtu Sunyi” atau “Sabtu Sepi” (Sabbatum Sanctum) untuk memperingati saat tubuh Tuhan Yesus dibaringkan di kubur.

Bagikan di:

Penulis:

Yosi Rorimpandei

Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC

Pelayanan Kategorial

DC Kids

Pelayanan Anak
0895-1771-8474

Youth Habakuk

Pelayanan Remaja & Pemuda
0821-1303-2727

Debora

Pelayanan Kaum Perempuan
0812-9744-1129

Efata

Pelayanan Kaum Pria
0853-1083-3921

Permohonan Doa

Jika Saudara membutuhkan dukungan doa khusus untuk didoakan di setiap jam doa kami, silakan mengisi Form Permohonan Doa.

Klik Di Sini

Kontak

Kontak Kami

Jika Saudara membutuhkan informasi atau layanan konseling, silakan menghubungi kami.

Alamat:

KAPEL ALFA
Taman Alfa Indah Blok J-1 No. 39
Jakarta Selatan

WhatsApp:

+62815-1341-3809