“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kejadian 1:1-TB2)

PENGANTAR

Nama “Kejadian” diterjemahkan dari Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta atau LXX) dan Latin (Vulgata). Dalam Septuaginta, nama kitab ini adalah “Γένεσις”, yang secara harfiah berarti “asal-usul” atau “permulaan”. Nama ini sama dengan dalam Vulgata, “Genesis”, yang juga menjadi asal nama kitab ini dalam bahasa Inggris.

Dalam teks kuno bahasa Ibrani, nama kitab ini adalah “בְּרֵאשִׁית”, yang merupakan kata pertama dalam kitab ini. Secara harfiah, kata ini berarti “pada permulaan” atau “pada mulanya”.

Karena itu, dalam pandangan Yudaisme, kitab ini tidak sekedar berisi narasi penciptaan, melainkan menjadi akar dari pemahaman tentang sejarah spiritual dan historis umat Allah. Di dalam kitab inilah pandangan awal tentang Tuhan dibangun, dimulai dengan bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta, bagaimana Ia memulai hubungan dengan manusia, dan bagaimana Ia menetapkan perjanjian dengan umat-Nya. Di dalam kitab ini juga kita menemukan kisah awal dari dunia, manusia, dosa, keluarga, perjanjian, dan pengharapan ilahi.

Selain itu, kitab Kejadian juga dipandang sebagai fondasi awal konsep etika, terutama tema-tema seperti kebebasan, tanggung jawab, dan identitas “umat Allah”.

***

Minggu I (5 Oktober  2025)

Hari Perjamuan Kudus Sedunia (HPKD) dan Hari Pekabaran Injil Indonesia (HPII)

TAAT DAN RENDAH HATI
Lukas 17: 5-10 (Bdk. Kejadian 12: 1-9)

Setelah Tuhan Yesus mengajarkan tentang pengampunan yang harus dilakukan berkali-kali, murid-murid-Nya langsung merasa “minder” dan merasa bahwa iman mereka masih kurang, sehingga sulit mengaplikasikan permintaan Yesus itu. Karena itu, mereka meminta agar iman mereka ditambahkan, seolah-olah iman bisa diukur secara kuantitatif (ay. 5-6). Itulah sebabnya Tuhan Yesus menekankan soal kualitas iman, yang dilanjutkan dengan bahasan tentang ketaatan dan kerendahan hati (ay. 7-10). Ajaran Yesus ini sangat mirip dengan tindakan iman Abraham dalam Kej. 12, yang memilih meninggalkan “segalanya” demi taat dan tunduk kepada perintah Allah.

FOKUS ED:

Keluarga menanamkan nilai-nilai “ketaatan” dan “kerendahan hati” sebagai bukti tindakan iman.

Minggu II (12 Oktober  2025)

MEMELIHARA BUMI
Kejadian 1: 28-31; 2: 15

Salah satu konsep teologi Perjanjian Lama yang jarang dibicarakan di mimbar gereja adalah konsep “שֹּׁמְרֵי אֲדָמָה” (shomrê adamâ), yaitu mengenai tugas dan tanggung jawab umat Allah untuk menjaga dan memperbarui bumi. Nats ini mengingatkan kita mengenai panggilan kita untuk peduli pada lingkungan hidup dimana kita tinggal.

FOKUS ED:

Keluarga menanamkan nilai “kepedulian lingkungan” sebagai wujud pemenuhan panggilan Allah.

Minggu III (19 Oktober  2025)

BEBAS, BERTANGGUNG JAWAB
Kejadian 3: 1-24

Ada tiga konsep dasar etika yang begitu kuat diajarkan dalam nats ini, yaitu yang disebut “בְּחִירָה חוֹפְשִׁית” (b_ekhīrâ khōfshīth: kebebasan moral), “תְּשׁוּבָה” (t_eshūvâ: pertobatan), dan “אָשֵׁם” (ashem: penyesalan/ rasa bersalah).

FOKUS ED:

Keluarga menanamkan pentingnya “rasa bersalah” untuk menumbuhkan tanggung jawab atas setiap pilihan.

Minggu IV (26 Oktober  2025)

Minggu Oikoumene (Bulan Reformasi Gereja)

INTEGRITAS
Kejadian 39: 1-23

Kisah Yusuf menjadi dasar dari salah satu konsep “kualitas ilahi” dalam diri manusia, yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri (גְּבוּרָה/ g_evūrâ). Sebab, kemampuan ini hanya mungkin tumbuh jika seseorang senantiasa dekat dengan Tuhan dan memelihara firman-Nya.

FOKUS ED:

Keluarga menanamkan nilai “integritas” sebagai orang percaya.

Fokus ED = Penekanan nilai-nilai Kristiani untuk program Ecclesia Domestica.

-oOo-