November 2025
Inilah Nama-nama...
“Inilah nama anak-anak Israel yang datang ke Mesir bersama Yakub...” (Keluaran 1:1-TB2)
PENGANTAR
Nama “Keluaran” diterjemahkan dari Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta atau LXX) dan Latin (Vulgata). Dalam Septuaginta, nama kitab ini adalah “ἔξοδος” (exodos), yang secara harfiah berarti “jalan keluar”. Nama ini sama dengan dalam Vulgata, “Exodus”, yang juga menjadi asal nama kitab ini dalam bahasa Inggris.
Dalam teks kuno bahasa Ibrani, nama kitab ini adalah “שְׁמֹות” (shemōth) atau lengkapnya “וְאֵלֶּה שְׁמֹות” (we’ellê shemōth), yang diambil dari frasa pertama dalam kitab ini. Secara harfiah, kata ini berarti “dan inilah nama-nama...”.
Penamaan dalam bahasa Ibrani ini bukan semata-mata karena diambil dari frasa pertama saja, tetapi penamaan ini menggambarkan keseluruhan fokus teologi kitab ini, yaitu soal “nama-nama” atau berkaitan dengan “identitas umat Allah”. Kitab ini berisikan riwayat umat Allah yang berjuang dari perbudakan, pembebasan, hingga pewahyuan Taurat.
Persoalan identitas umat diawali dengan penyebutan nama-nama keturunan Yakub atau Israel yang datang ke Mesir. Nama-nama ini menunjukkan akar identitas dengan para leluhur (Abraham, Ishak, dan Yakub), yang kemudian membentuk satu keluarga, yang pada akhirnya membentuk “umat pilihan”.
Menariknya, awal krisis dalam narasi kitab ini juga dimulai dengan masalah “nama”, yaitu munculnya “nama” baru yang memerintah di Mesir (Firaun), yang tidak mengenal “nama” tokoh besar Ibrani yang telah berjasa atas Mesir, yaitu Yusuf (1: 8). Krisis berlanjut dengan upaya Firaun untuk menghapuskan identitas umat Allah dengan cara memaksa orang-orang Ibrani bekerja paksa dalam pembangunan kota-kota logistik Mesir (1: 9-14) dan membunuh semua anak laki-laki Ibrani (1: 15-22).
Krisis ini menjadi momentum bagi gerakan pembebasan yang dilakukan Allah melalui Musa. Dasar gerakan pembebasan ini adalah karena Allah “mengingat” perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Untuk menegaskan perjanjian ini, maka Allah memperkenalkan “nama”-Nya, yang menjadi nama eksklusif bagi keturunan Yakub (3: 15).
***
Minggu I (2 November 2025)
INILAH NAMA-NAMA
Keluaran 1: 1-7
Nama We’ellê Shemōth (dan inilah nama-nama) untuk kitab ini dalam Tanakh bukan semata-mata karena kitab ini diawali oleh frasa tersebut dalam bahasa Ibrani, melainkan memiliki makna teologis yang amat penting mencakup keseluruhan isi kitab ini. “Nama” berkaitan erat dengan “identitas umat Allah”, yang di dalamnya juga menyangkut panggilan, pengenalan dan pemeliharaan Allah: Bagaimana Allah membentuk suatu umat dan bangsa pilihan dari satu keluarga pilihan.
FOKUS ED:
Setiap keluarga Kristen menyandang identitas sebagai “umat pilihan Allah”. Identitas ini seharusnya dibarengi dengan sikap dan perilaku yang mencerminkan kasih Allah di tengah-tengah dunia ini.
Minggu II (9 November 2025)
APAKAH YANG DI TANGANMU ITU?
Keluaran 4: 1-17
Dialog antara Musa dan TUHAN dalam perikop ini sering dilihat sebagai gambaran ketidakpercayaan diri Musa. Tetapi, dalam penafsiran Ibrani, dialog ini justru mengajarkan pentingnya kerendahan hati di hadapan TUHAN. Kerendahan hati membentuk sikap iman, ketaatan, dan hati hamba, yang menuntun pada pemulihan dan pembentukan TUHAN. Dengan merendahkan hati, TUHAN menunjukkan kepada Musa potensi terbesar dalam dirinya.
Artikel Terkait
FOKUS ED:
Keluarga menanamkan sikap “rendah hati” dan “ketaatan” sebagai awal dari proses pembentukan TUHAN.
Minggu III (16 November 2025)
PERGILAH, BERIBADAHLAH KEPADA TUHAN
Keluaran 12: 29-32
Puncak dari tindakan TUHAN untuk membebaskan umat-Nya dari belenggu perbudakan adalah panggilan supaya mereka beribadah pada TUHAN. Ini menjadi tema sentral dalam kitab Keluaran, dimana akhir kisah kitab ini adalah berdirinya Kemah Suci. Hal ini sekaligus menunjukkan komitmen umat untuk memenuhi perjanjian mereka dengan TUHAN.
FOKUS ED:
Penting bagi setiap keluarga Kristen untuk memelihara kerinduan untuk beribadah kepada TUHAN, baik beribadah dalam keluarga maupun berjemaat.
Minggu IV (23 November 2025)
Minggu Kristus Raja
MANNA
Keluaran 16
Di Minggu “Kristus Raja” kita merefleksikan kembali pengalaman iman umat Allah di padang gurun Sin, ketika rasa lapar mereka dipuaskan TUHAN dengan “roti dari Surga” yang disebut “manna”. Hal ini mengingatkan kita akan perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 6: 25-59 (khususnya ay. 32). Dalam nats ini (Kel. 16), orang-orang Israel bertanya, “apa ini?” (Ibrani: man?), sedangkan dalam Yoh. 6 Tuhan Yesus menjawab dengan jelas, “egō eimi ho Artos tēs Zōēs” (ay. 35).
FOKUS ED:
Keluarga menanamkan sikap bergantung pada TUHAN dalam menghadapi setiap persoalan hidup.
Minggu V (30 November 2025)
Minggu Adven I
MEMANDANG WAJAH TUHAN
Keluaran 33: 12-23
Di Minggu “Adven I” ini, kita diajak untuk merenungkan sikap Musa setelah pemberontakan umat melalui peristiwa lembu emas. Musa—sebagai pemimpin umat—berusaha memulihkan hubungan umat dengan TUHAN, sembari memohon belas kasihan. Musa memohon kehadiran Allah di tengah-tengah umat, sebab mereka tidak bisa berjalan sendiri. Dalam tradisi Ibrani, konsep ini dikenal dengan istilah Shekhinâ, yang menjadi simbol pengharapan Kristofani, sebagaimana dijelaskan dalam Yohanes 1.
FOKUS ED:
Keluarga menjadikan doa sebagai praktik hidup berharap senantiasa kepada TUHAN.
-oOo-
Penulis:
Yosi Rorimpandei
Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC


