
Allah adalah Terang
“Jika kita katakan bahwa kita mempunyai persekutuan dengan Dia, tetapi kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan tidak melakukan kebenaran.” (1Yohanes 1: 6)
Istilah “Terang” menyatakan dua sifat dalam diri Allah, yaitu suci dan benar. Alkitab berkali-kali menggambarkan terang itu dalam pertentangannya dengan kegelapan. Sejak kisah Kejadian hingga Wahyu, terang dan gelap selalu digambarkan bertentangan. Jadi, jika terang mewakili suci dan benar, maka gelap mewakili dosa dan sesat. Sama seperti terang dan gelap tidak dapat bersatu, demikian juga dosa dan kesesatan tidak mungkin bersatu dengan kesucian dan kebenaran.
Problemnya, manusia punya kecenderungan hidup dalam dosa dan kesesatan. Bahkan, dosa dan kesesatan seperti sudah menjadi natur manusia. Sekuat apa pun usaha manusia untuk meraih kesucian dan kebenaran, pada akhirnya manusia akan jatuh ke dalam dosa dan kesesatan. Karena itu, dengan segala kemampuan yang manusia miliki, manusia tidak akan pernah bisa berdamai dengan Allah.
Artikel Terkait
Kita bersyukur ketika Allah yang berinisiatif menyelamatkan kita melalui Anak-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Oleh darah-Nya kita disucikan dan dibenarkan, sehingga kita dilayakkan untuk bersekutu dengan Allah dalam kesucian dan kebenaran oleh iman.
Hanya saja, “iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”. Allah menghendaki, dalam persekutuan dengan Dia, iman kita adalah iman yang aktif, yang tidak hanya menyelesaikan problem keterpisahan kita dengan Allah, tetapi juga menjembatani relasi kita dengan sesama. Dengan demikian, keberadaan kita di dunia sungguh-sungguh dapat membawa terang bagi dunia. Amin!
PERSEKUTUAN DENGAN SANG TERANG MENJADIKAN KITA TERANG BAGI YANG LAIN.

Penulis:
Yosi Rorimpandei
Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC