
Binatang dari Laut dan Bumi
“Yang penting di sini ialah hikmat: Siapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam” (Wahyu 13:18 – TB2)
Simbol “binatang buas” (Yun: thērion), yang keluar dari dalam laut dan bumi dalam nats ini menggambarkan penyembahan yang keliru dan kekuasaan yang chaos. Kolaborasi antara dua kekuatan jahat yang bertujuan untuk menghancurkan iman orang-orang percaya.
Penyembahan yang keliru digambarkan lebih dimotivasi oleh kesombongan dan hujat, yang pada masa itu nampaknya ditujukan sebagai kritik langsung atas pengkultusan para kaisar Romawi, yang menyejajarkan diri mereka dengan dewa.
Artikel Terkait
Sementara, kekuasaan yang chaos digambarkan sebagai kekuasaan yang menindas, yang menjalankan wewenang dari binatang pertama. Ia sangat otoriter, dan melarang orang-orang yang tidak tunduk pada binatang pertama untuk berbelanja atau berdagang.
Jadi, inti dari nats ini menyoroti soal bahaya keangkuhan dan pemujaan diri yang berlebihan. Ancaman yang sangat relevan dengan kondisi manusia pada zaman sekarang, dimana sejak dini orang-orang telah didorong untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan menjadi diri sendiri.
Di satu sisi hal ini memang positif, tetapi jika tanpa arahan dan batasan, maka punya kecenderungan untuk menciptakan generasi yang “buas”, egosentris, dan otoritarian. Karena itu, sangatlah penting untuk menumbuhkan sikap ketundukan kepada Tuhan sejak dini. Membangun mental anak-anak bahwa otoritas tertinggi dalam kehidupan adalah di tangan Tuhan. Amin!
MANUSIA HIDUP BUKAN UNTUK MENJADI DIRINYA SENDIRI, TAPI MENJADI PRIBADI YANG MENYENANGKAN BAGI TUHAN

Penulis:
Yosi Rorimpandei
Koordinator Komisi Pengajaran GKRIDC