Betsaida menjadi salah satu kota atau desa yang lokasinya hingga kini menjadi perdebatan di antara para ahli. Selama ini, mayoritas ahli meyakini jika Betsaida terletak di et-Tell di pantai timur Sungai Yordan, tetapi penemuan terbaru di el-Araj membuat keyakinan itu mulai diragukan.
Betsaida menjadi sangat penting dalam arkeologi Alkitab sebab menjadi salah satu kota atau desa yang paling banyak disebutkan dalam Injil selain Yerusalem dan Kapernaum.
Ketika Tuhan Yesus merekrut murid-murid-Nya, Ia pergi ke Galilea dan bertemu dengan Filipus di sana. Ia dikatakan berasal dari Betsaida bersama dengan Petrus dan Andreas (Yohanes 1: 43-44). Di Betsaida juga Tuhan Yesus melakukan mujizat, yaitu menyembuhkan seorang buta (Markus 8: 22-26) dan memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan (Lukas 9: 10-17; Markus 6: 30-44).
Sejak 1991, sebuah konsorsium yang dipimpin oleh Universitas Nebraska, Omaha, melakukan penggalian di situs et-Tell di tepi timur Sungai Yordan. Penggalian itu kemudian dipublikasikan sebagai Proyek Penggalian Betsaida. Rami Arav, yang menjadi direktur proyek ini menegaskan bahwa penggalian di et-Tell sangat selaras dengan gambaran Betsaida, termasuk laporan sejarawan Yahudi, Yosefus, bahwa pada masa pemerintahan Tetrarkh (salah satu putra Herodes Agung) Filipus, Betsaida diperbaiki (Antiquities 18:2).
Pada tahun 30 Masehi, Filipus mengganti nama Betsaida menjadi Julias, yang diambil dari nama istri kaisar Romawi, Agustus, yang bernama Livia-Julia. Menurut Arav, selama kekuasaan Romawi, Betsaida bertumbuh dengan pesat, yang menguatkan catatan Yosefus.
Namun, bukan berarti klaim Arav ini diterima begitu saja oleh para ahli lainnya. Steven Notley, Profesor Studi Biblika di Nyack College, New York, mengatakan bahwa et-Tell berjarak hampir dua setengah kilometer dari Danau Galilea, terlalu jauh dari perairan, sehingga kurang cocok untuk menjadi tempat penangkapan ikan, sebagaimana gambaran dalam Alkitab. Nama Betsaida sendiri berasal dari bahasa Ibrani, Beth Tsaida, yang berarti “rumah nelayan”.
Sejak 2014, tim yang dipimpin oleh Mordechai Aviam, Dina Shalem, dan Notley di bawah naungan Center for Holy Land Studies (CHLS) dan Kinneret College telah melakukan survei dan penggalian di el-Araj, situs lain yang diduga sebagai lokasi Betsaida. Pada 2016, Haaretz melaporkan bahwa telah ditemukan bukti pendudukan Romawi awal dari abad pertama hingga ketiga Masehi di wilayah ini. Temuan itu termasuk tempat pemandian bergaya Romawi, pecahan mosaik, dan koin perak yang berasal dari tahun 65-66 Masehi dengan gambar kaisar Nero. Bukti terbaru menunjukkan bahwa terdapat budaya material era Romawi yang signifikan di el-Araj.
Penemuan ini membuat para arkeolog di el-Araj semakin yakin bahwa situs ini adalah Betsaida. Mereka berpendapat bahwa permukaan danau di zaman kuno menempatkan el-Araj tepat berada di pantai Danau Galilea. Posisi ini sangat cocok dengan gambaran “desa nelayan” dibandingkan et-Tell. Namun, kesimpulan itu dianggap terlalu prematur oleh Arav.
Sampai sekarang, perdebatan antara kubu Arav dan Notley belum berakhir. Masing-masing mengklaim mengantongi bukti-bukti Alkitab dan arkeologi dimana posisi Betsaida yang sebenarnya.
Editor: OYR