Penelitian DNA terbaru menemukan bahwa kemungkinan besar “orang-orang Filistin” yang berkali-kali disebutkan dalam Alkitab berasal dari Yunani.
Menurut laporan yang dirilis National Geographic, penelitian ini merupakan penelitian DNA pertama yang berusaha mencari asal-usul bangsa Filistin berdasarkan temuan di kuburan kuno Filistin di Ashkelon, Israel.
Dalam Perjanjian Lama, orang Filistin digambarkan sebagai ras yang berbeda dengan orang Ibrani. Mereka berasal dari “Tanah Kaftor”, yang sekarang disebut Kreta. Mereka menguasai garis pantai Israel selatan dan Jalur Gaza mulai abad ke-12 SM.
Kuburan di Ashkelon ditemukan pada 2016. Di dalamnya terdapat 150 mayat di dalam kuburan berbentuk oval.
Pada 2019 dilakukan studi genetik dan ditemukan bahwa gen dalam kuburan ini termasuk dalam kumpulan gen Eropa, tidak seperti kumpulan gen Semit yang kemudian menghuni wilayah tersebut.
Menurut para ilmuwan, terdapat aliran gen Eropa selama masa transisi dari Zaman Perunggu ke Zaman Besi, yang mendukung teori bahwa orang Eropa bermigrasi ke Timur Tengah.
Laporan National Geographic menyebutkan bahwa analisis DNA dari sisa-sisa manusia mencakup tiga periode yang berbeda, mencakup Zaman Perunggu Pertengahan dan Akhir (sekitar 1650 – 1200 SM), serta Zaman Besi (abad ke-10 dan ke-9 SM).
Sampel DNA dari Zaman Besi awal secara proporsional menyertakan lebih banyak “keturunan Eropa tambahan” dalam tanda genetik mereka, yaitu sekitar 14 persen, dibandingkan sampel dari Zaman Perunggu pra-Filistin, yang hanya 2 hingga 9 persen.
Meskipun asal muasal gen Eropa tidak dapat disimpulkan, para ahli telah menentukan bahwa kemungkinan besar gen tersebut berasal dari Yunani, Kreta, Sardinia, atau semenanjung Iberia.
Banyak peneliti menghubungkan kehadiran bangsa Filistin dengan Masyarakat Laut, suku-suku yang menyerbu Mediterania timur pada akhir Zaman Perunggu Akhir, yaitu pada abad ke-13 dan awal abad ke-12 SM.
Hal ini mendukung teori bahwa orang Filistin memulai perjalanan mereka dari Eropa sebagai migran dan kemudian menetap di Ashkelon pada abad ke-12 SM.
Kedatangan bangsa Filistin pada awal abad ke-12 SM ditandai dengan tembikar yang mirip dengan zaman Yunani kuno, penggunaan aksara Aegea, dan konsumsi daging babi yang cukup banyak.
Para arkeolog sepakat bahwa orang Filistin berbeda dengan tetangga mereka, orang Ibrani. Hubungan kedua bangsa ini kerap ditandai dengan peperangan. Hal ini dikonfirmasi juga dalam Alkitab, dimana orang Filistin digambarkan sebagai penghasut perang dan musuh bangsa Israel.
Dua tokoh dari Filistin yang cukup terkenal adalah Goliat dan Delila. Goliat digambarkan sebagai pria berbadan raksasa yang ditakuti oleh tentara Israel, tetapi kemudian dibunuh oleh Daud. Sementara, Delila digambarkan sebagai wanita cantik yang merayu dan memotong rambut Simson.
Ketika membandingkan dengan DNA yang berasal dari periode transisi ke Zaman Besi, yang berasal dari kuburan bayi, para ilmuwan menemukan bahwa karakteristik Eropa pada orang Filistin telah menghilang.
“Komponen genetik yang terkait dengan Eropa ini kemudian dilemahkan oleh kumpulan gen lokal Levantine selama berabad-abad berikutnya, menunjukkan adanya percampuran intensif antara populasi lokal dan asing. Hasil genetik ini, yang dipublikasikan di Science Advances, merupakan langkah penting menuju pemahaman akan asal-usul orang Filistin yang telah lama diperdebatkan,” demikian ditulis dalam laporan itu.
Sementara, DNA dari periode terakhir menunjukkan tanda genetik yang sangat mirip dengan populasi lokal yang pernah menghuni wilayah tersebut sebelum kedatangan bangsa Filistin. Artinya, DNA Eropa orang Filistin menghilang dalam waktu 200 tahun, kemungkinan besar karena mereka kawin campur dengan populasi lokal.
Bangsa Filistin berasimilasi dengan penduduk lokal, tetapi mereka tetap mempertahankan ciri-ciri budaya yang membedakan mereka dengan tetangga mereka selama lebih dari lima abad. Pada tahun 604 SM, mereka ditaklukkan oleh bangsa Babel, sebelum Babel menaklukkan Israel.
Artikel Terkait
Editor: OYR